Sabtu, 25 Februari 2012 0 komentar
Dengan kedatangan Sri Nararya Kresna Kapakisan, bersama para Arya di Bali, di mana di Bali telah berkuasa De Sri Aji Agung Gede dengan gelar I Gusti Agung Ngurah Made Agung. Kedatangan beliau didengar oleh Mpu Kekeran bahwa beliau diiringkan oleh Sri Wahu Dateng, Sri Wahu Dateng ini menurunkan Pangeran Nyuhaya dan Pangeran Asak yang nantinya menurunkan Arya Wang Bang. Pangeran Nyuhaya kemudian digantikan oleh putranya Kryan Patandakan. Dan Pangeran Asak berputra Kryan Dauh dan I Gusti Nginte. Kemudian I Gusti Nginte bergabung dengan Sri Agung Bekung.
Diceriterakan I Gusti Agung Ngurah Made Agung digantikan oleh Sri Agung Sagening yang kemudian menurunkan putra-putra Gelgel. Permaisuri beliau adalah Ni Gusti Bakas, Ni Gusti Mimba, Ni Gusti Kacang Paos. Putra beliau di antaranya Kryan Kalanganyar yang menurunkan I Gusti Agung Dimade, beliau lah yang menurunkan nantinya Kryan Batulepang, dan Kryan Buringkit yang menjadi raja di Badung yang beristana di Mimba. I Gusti Agung Dimade menurunkan 3 orang yang bernama I Gusti Agung Putu, Ni Gusti Stri Ayu Made dan I Gusti Agung Anom. I Gusti Stri Ayu diambil oleh Sang Pandia Wanasara yang tidak mendapat persetujuan, sehingga Sang Pandai menemui ajalnya.
Tersebut Mpu Kekeran bertahta di Blangbangan diutus ke Gelgel untuk mendampingi Sri Aji di Samprangan. Ketika itu datanglah Arya Abian Tubuh untuk mencari I Dewa Ketut Tarukan untuk diangkat menjadi raja di Gelgel.
Pada saat pemerintahan Dalem Waturenggong, Gelgel mengalami puncak kebesarannya, sampai dapat menguasai Sasak, Sumbawa, Blangbangan, dan Pasuruhan. Putra dari Kryan Made Asak memerintah di Kapal serta menurunkan Kryan Dauh. Kryan Dauh ini setelah dewasa tampak pada telapak tangannya tergambar senjata Cakra suatu pertanda akan menjadi orang yang utama.
Setelah Sri Aji Watu Renggong meninggal, di mana Kiyai Batan Jeruk melampiaskan amarah, dengkinya sehingga terjadi perang yang amat dahsyat kepada Hyang Anggungan. Dengan Patih Anggungan memihak kepada Kryan Batan Jeruk, mengakibatkan Sri Aji menjadi kecewa. Dalam peperangan ini Kryan Pande terparang oleh Kryan Manginte serta I Gusti Tohjiwa tewas. Kryan Batan Jeruk juga dikepung dan diparang hingga meninggal. kemudian dengan kesaktian dan kebijaksanaan Sri Aji Bekung menjaga Sri Aji Pambayun dengan I Dewa Anom Sagening.
Dengan kekacauan yang terjadi di Gelgel ini maka Kiyai Panji Sakti dari Ler Gunung datang membantu mengamankan Gelgel, dengan terbunuhnya Patih Dukut Kreta. Setelah itu anglurah Nambangan mengamuk sampai terbunuhnya Kryan Jambe Pule. Setelah mangkat I Gusti Agung, Pangeran Tegeh Kori menghadap kepada Pangeran Kapal.
Diceriterakan peperangan antara I Gusti Agung dengan I Gusti Kaler dengan kesaktiannya serta menguji pusaka, tetapi I Gusti Agung mengalami kekalahan dan pergi bersama putranya meninggalkan istana menuju hutan dan bertemu dengan Tawangalun. Beliau diberikan pusaka I Bintang Kukus. Sebagai balas jasa beliau terhadap Tawangalun mendirikan Parhyangan Masceti dan juga di situ mendirikan istana Kuramas. Setelah itu I Gusti Agung tidak henti- hentinya menyerang Mengwi, lebih-lebih setelah meninggalnya I Gusti Kaler, dengan mudah putra-putranya dikejar- kejar dan lari menyebar. Ada yang mengungsi ke Karangasem, ada yang ke Den Bukit dan juga ada yang ke Tabanan.
Setelah I Gusti Ayu Made putra raja Mengwi, terdengar oleh De I Gusti Agung Made Agung yang mencari usada (Obat) pada Pandia Wanasara yang menyebabkan Anak Agung Made Agung sangat marah akibat lamanya obat yang diberikan itu. Hal ini menyebabkan perpecahan raja Mengwi. Akibat ulah Sang Pandia yang memperistri I Gusti Ayu Made, marahlah I Gusti Putu Agung. Pandia Wanasara dibunuhnya.



















0 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 bagiILmu.com | TNB